Tuesday, August 11, 2015

Peradaban Super Hi-tech Semut Hitam



Semut. Makhluk yang selama ini kita anggap sebagai makhluk kecil. Makhluk yang kelihatannya kerdil, tak berkemampuan, dan tak bisa apa apa selain jalan kesana kemari mencari gula. Tak terlihat sebagai masalah, atau menjadikannya materi perbincangan hangat manusia di kala senggang.

Dan sebagian manusia di dunia ini, yang merasa haus akan pengetahuan, atau memang hasrat keponya sangat tinggi, atau yang tak sengaja mendengarkan materi ini, akan mengetahui betapa hebatnya semut itu menguasai segala keilmuan dan teknologi yang selama ini manusia merasa hanyalah mereka yang bisa menerapkannya. Lihat saja, dari sistem pemerintahan, sistem perbudakan, tata cara peperangan, konstruksi sarang, manajemen pangan, mungkin sebenarnya membuat terpukau manusia yang memperhatikannya. Makhluk sekecil itu, bagaimana bisa mereka mengetahui sistem seperti itu? Dapat ilham darimana mereka?

Pertanyaan di atas bisa kalian jadikan PR, karena postingan ini tidak akan membahas tentang peradaban semut. Ini hanyalah pemikiran khayal dan konyol saya aja sih. Seandainya, kemampuan semut ternyata bertambah satu lagi, yaitu penguasaan termodinamika dan teknik kimia, bagaimana jadinya ya?

Semut-semut pekerja pertama-tama berbaris rapi membentuk barisan panjang dan lebar. Kemudian mereka memperhatikan satu semut yang menjadi engineernya, yang sedang menjelaskan konstruksi sistem boiler, atau penghasil uap/steam yang apabila konstruksi ini berhasil dibangun, maka ini akan mengubah dan merevolusi peradaban semut sebagai makhluk super hi-tech. 

Semut-semut pekerja kemudian membubarkan diri. Mereka mengerjakan apa yang telah disampaikan oleh si semut engineer tadi itu. Mereka sudah tau apa saja yang harus mereka bawa. Bukan lagi gula, atau makanan lainnya, kali ini, demi sebuah revolusi peradaban semut, mereka membawa material yang masuk kriteria sang engineer tadi. Tahan rembesan air, keras, kuat, dan non-organik. 

Tiga hari telah berjalan, para semut pekerja ini pulang ke sarangnya dengan membawa segala material yang dibutuhkannya. dan dikumpulkan di suatu tempat khusus di bagian sarang. Oia hampir terlewat, ternyata ketika semut-semut pekerja mencari material, sebagian semut yang lain membangun 'pondasi' untuk persiapan tempat pembangunan pabrik semut tersebut. Pondasi yang dimaksud itu seperti... hmm... jadi bayangkan ada botol air mineral, nah mereka membangun sarang, dengan ruangan kosong membentuk seperti botol air mineral tersebut. 

Inilah saatnya untuk mulai pembangunan. Semut mulai memasang material keras, dan permukaan yang luas ke dinding dinding pondasi yang sudah dibangun tadi. Kemudian dari bawah semut memasang saluran-saluran dengan sangat cermat, seperti terukur seakan-akan mereka mempunyai satuan senti versi mereka sendiri, bedanya, mereka melakukan itu secara naluri. 

dan akhirnyaaa.... jadilah sudah konstruksi maha karya semut tersebut. Tinggal start up pabriknya saja. Para operator yang terdiri dari kalangan semut sudah stand by. Mereka menggunakan sistem komunikasi yang entah bagaimana caranya bisa saling bertukar informasi dari jarak yang jauh bagi semut itu sendiri (perbandingan semut dengan manusia tentu beda ya). dan setelah sibuk memutar kerangan sana-sini, diikuti oleh Standard Operasional Procedure yang diikuti, maka jadilaah . . Semut kini mampu menghasilkan energi uap!

Hahaha... ini hanyalah cerita fiksi dari saya aja sih,. Suka kebayang kalo pas lagi kerja di kilang, kadang kita itu pas lagi di kilang, serasa kerdil, di tengah-tengah menara distilasi, reaktor, regenrator, fin-fan yang tinggi-tinggi, pompa dan kompresor yang besar segede gaban. Kalo diandaikan sih, malaikat yang melihat dari langit kita lagi sibuk2nya di kilang sama aja kayak kita ngeliat semut-semut ngerubungin cup bekas teh gelas yang berserakan diantara sampah-sampah lain yang bertaburan.

0 comments:

Post a Comment